Empat Tantangan Bank Indonesia
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan empat tantangan bank sentral dalam menghadapi peradaban baru akibat pandemi Covid-19. Pertama, resiliensi. Apa dan bagaimana upaya mempercepat pemulihan ekonomi dan mendorong perekonomian menjadi lebih kuat dan resilien.To get more news about
Ekonomi Indonesia, you can visit wikifx.com official website.
Kedua, digitalisasi. Akselerasi ekonomi dan keuangan digital nasional yang menjadi game-changer selama pandemi, serta digitalisasi di berbagai bidang lainnya.
"Ketiga, inklusi, yaitu perlunya akselerasi inklusi ekonomi dan keuangan, khususnya pada UMKM dan sektor pertanian melalui klasterisasi, kewirausahaan, akses pembiayaan, dan digitalisasi. Keempat, ekonomi hijau (green economy). Tekanan untuk ramah lingkungan yang semakin tinggi perlu direspons melalui kebijakan reformasi struktural maupun digitalisasi," ujar Perry dalam acara Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB)Â ke-15 dan Call for Papers dengan tema Stimulating Economic Recovery, Promoting Sustainable-Inclusive Growth in the Digital Era: Challenges and Opportunities, secara virtual di Jakarta, Kamis (2/9/2021).
Lebih lanjut, Perry menyampaikan respons BI terhadap masing-masing tantangan tersebut. Pertama, implementasi bauran kebijakan bank sentral (Central Bank Policy mix) akan terus berlanjut, tidak hanya terkait kebijakan suku bunga , tetapi juga untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Kedua, BI terus mendorong digitalisasi ekonomi dan keuangan dengan terus mendukung akselerasi digital banking, fintech, ecommerce, dan industri sistem pembayaran. Ketiga, berkoordinasi dengan Pemerintah dalam memperkuat pemulihan ekonomi, antara lain mendukung dan mempromosikan UMKM. Untuk mendukung hal tersebut, BI tidak hanya melakukan pengembangan UMKM tapi juga program onboarding untuk mendukung UMKMÂ Go Digital.
"Keempat, green economy and finance, melalui dukungan kebijakan makroprudensial yang ramah terhadap lingkungan, antara lain kebijakan pembiayaan berwawasan lingkungan (green financing)," paparnya. Baca Juga: Kembali Terpilih jadi Ketua ISEI, Perry Warjiyo Paparkan 4 Strategi Kebijakan ISEI
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Institute (BINS), Â Solikin M. Juhro, mengatakan, BI melalui BINS akan terus memperluas dan meningkatkan kerja sama strategis dengan mitra dalam dan luar negeri lainnya guna menciptakan ekosistem riset atau penelitian yang kuat di Indonesia.
"Perluasan dan peningkatan kemitraan strategis dilakukan dengan berbagai institusi antara lain Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), berbagai perguruan tinggi, akademisi, lembaga penelitian di Indonesia, dan mitra strategis lainnya," pungkasnya.
Konferensi internasional BMEB dan call for papers yang diselenggarakan pada tanggal 2-3 September 2021 menjadi ajang bertemunya para peneliti berbakat dari berbagai belahan dunia.
Konferensi internasional BMEB dan call for papers tahun ini mempresentasikan 53 dari 200 karya tulis ilmiah terbaik di bidang ekonomi, moneter dan keuangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Karya tulis terbaik tersebut berasal dari 12 negara yaitu Indonesia, Malaysia, US, Qatar, Turkey, Singapura, Australia, Pakistan, China, USA, India dan Canada. Penyelenggaraan konferensi internasional BMEB dan call for papers tahun ini merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia dengan berbagai pihak terkait, yaitu Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), The Asia-Pacific Applied Economics Association (APAEA), dan 6 (enam) Perguruan Tinggi di Indonesia (Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran dan Sampoerna (JK:HMSP) University).
BMEB sebagai jurnal ilmiah merupakan katalis yang menghubungkan berbagai pemikiran untuk memajukan ilmu pengetahuan dan memberdayakan perumusan kebijakan di era global.
Sejak Juli 2019, BMEB menjadi salah satu jurnal ekonomi Indonesia yang telah terindeks scopus, dan pada tahun ini BMEB memperoleh ranking kualitas jurnal pada level Q2 (dari penilaian kualitas tertinggi hingga terendah Q1-Q4) berdasarkan Scimago Journal and Country Rank (SJR) sebagai lembaga riset yang melakukan pemeringkatan jurnal dunia.